Minggu, 17 Januari 2021

PENDIDIKAN EMOSI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST

Perasaan intens kemarahan seseorang kemungkinan datang dan pergi secara cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa saat. Secara etimologis kata 'emosi' adalah terjemahan dari bahasa Arab“al-ghadlab” bahwa manusia bisa mengetahui hal-halyangdiartikan dari asal usulnya, emosi berartidengan caranya sendiri, seluruh kesadaran atau manusia menempatkan diri pada tingkateksistensialis, realitas manusia. Bentuk-bentuk emosi dapat diungkapkan antara lain kemarahan (anger), kesenangan (joy), kegairahan (excitation), sangat senang (ultra joyful)dan lain sebagainya yang berkenaan dengan keadaan jiwa manusia.

• Pendidikan Emosi dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadist

Emosi merupakan anugrah pemberian dari Allah swt yang diberikan untuk semua manusia sebagai kesempurnaan atas makhluk ciptaan-Nya.Diungkapkan oleh Musfir bin Said Az-zahrani bahwa emosi adalah satu keadaanyang mengarah kepada pengalaman atau perbuatan yang hadir karena suatu kejadian, seperti takut, marah dan cinta dan sejenisnya. 

Emosi yang tidak terkendali hanya akan melelahkan, merugikan serta menyakitkan, bahkan meresahkan pada dirinya sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahan akan meluap dan sulit dikendalikan. Hal itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Untuk itulah manusia memerlukan adanya pendidikan emosi yang harus dijalankan oleh dirinya. Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaannya.Selain itu Robandi menjelaskan bahwa, ” hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, education is life)”. 

Aktivitas penalaran kognitif yang salah akan memunculkan emosi yang justru merugikan, baik pada diri seseorang itu maupun pada diri orang lain dengan kerugian yang membahayakan dan berakibat fatal. Penalaran kognitif yang salah tersebut antara lain : Pertama,Tidak adanya keimanandalam diri individu; Penampilan seseorang tidak menjadikan jaminan hati seseorang tersebut baik. Musa berkata: “Engkau berpakaian dalam jubah biarawan, tetapi hatimu adalah hati pelaku kejahatan dan serigala melolong. Jika engkau menginginkan kerajaan surga, bunuhlah hatimu (emosi) karena Allah”. Orang-orang yang mempunyai keyakinan materialistis tidak akan sanggup untuk memahami hal-hal yang ruhaniah.Firman Allah swt dalam alqur’an disebutkan bahwa :Artinya:“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir lagi, lalu hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti ". Hati yang kotor tidak akan mampu menerima cahayakebenaran yang datang dari Allah swt, maka perlu disucikan dengan memohon ampun kepada-Nya dan memperbanyak melakukan amal shaleh. Untuk itu dalam jiwa manusia perlu adanya cahaya Illahi yang akan menerangi jiwa manusia supaya selalu berjalan pada jalan yang lurus.

Kedua,Mengikuti hawa nafsu dan angan-angan; Berpikir mengikuti keinginan (wishful thiking) berakibat pada mengarahkan pada hal-hal yang sesuai dengan orientasi dirinya. Ketiga,Fanatisme; Fanatisme adalah keyakinan buta tanpa adanya dasar yang kuat yang dapat menyebabkan emosi seseorang menjadi tidak terkendali. Keempat,Taklid;mengikuti pandangan tokoh-tokoh masa lalu. Musuh paling buruk dari jiwa seseorang adalahkeluarganya sendiri, dan orang-orang yang peling dekat dengannya adalah lawannya. Mengikuti pandangan masa lalu dan keterikatan yang membabi buta terhadap otoritas mengeruhkan proses berpikir.

Kelima,Takabur; Takabur menyebabkan seseorang meremehkan pendapat orang lain.Meremehkan orang lain perbuatan yang tercela, sehingga emosi diri harus dibenteng dengan keimanan yang kuat. Manusia harus mampu membangun dan membentengi jiwa dan nafsunya dengan dinding besi Pikiran yang dilandasi dengan nafsu akan menghasilkan kebenaran yang memihak orang yang bersangkutan akibatnya emosi yang dihasilkan merugikan dirinya sendiri. Keenam,Kebodohan mengikuti spekulasi. Ketika data-data yang akan dianalisa oleh pikiran terkeruhkan oleh zhan (spekulasi) maka emosi yang muncul memiliki sifat yang inkongruen dengan emosi yang seharusnya muncul.


1. Langkah-Langkah Pendidikan Emosi Dalam Perspektif Al-Quran dan Hadist

Adapun langkah-langkah dalam melakukan pendidikan emosi adalah adalah dengan cara sebagai berikut : Pertama, Menjaga Lisan; Lisan merupakan panca indra manusia yang paling memegang peran dalam kehidupan. Manusia agar berhati-hati di dalam berbicara, karena sesuatu perkataan yang telah terucap tidak dapat ditarik kembali. Kedua,Menjauhi Ghibah; Adu domba selain merugikan orang lain, diri sendiri, juga diancam oleh Allah swt tidak akan masuk surga. Ketiga,Menghindari sifat saling membenci, dengki dan bermusuhan; Sifat dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa iblis yang dengki kepada Nabi Adam As ketika melihat beliau mengungguli para malaikat, karena Allâh menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya. Iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam As dari surga hingga akhirnya beliau dikeluarkan darinya. 

Keempat,Menghindari Sifat Perdebatan; Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.  Kelima, Meninggalkan Perbuatan Maksiat; Meninggalkan perbuatan maksiat berarti manusia berupaya sekuat tenaga untuk konsisten dengan nilai-nilai kebajikan.

2. Upaya-Upaya Untuk Membentuk Jiwa Qur'ani

Adapun upaya-upaya untuk membentuk jiwa qur’ani yang didasarkan pada tuntunan al-qur’an dan al-hadits adalah sebagai berikut : Pertama,Membiasakan hidup dengan akhlak terpuji.Allah swt memperingatkan manusia agar tidak mencaci satu dengan lainnya. Kedua,Membiasakan diri istighfar/bertaubat.Untuk membentuk jiwa yang qur’ani maka harus membiasakan diri istighfar/bertaubat yang banyak untuk memohon ampunan kepada Allah swt. Ketiga,Membiasakan diri hidup bersahaja.Hidup bersahaja berarti juga memaknai hidup dengan istiqamah. Keempat, Membiasakan diri berekspresi senyum.Menampakkan wajah manis di hadapan seorang muslim akan meyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan keutamaan. Kelima, Membiasakan Diri Berdzikir. Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan. Keenam, Membiasakan diri bersyukur. Ketujuh, Membiasakan diri bersikap jujur. 


Ini adalah resume dari tugas kecerdasan emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESUME WEBINAR TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Nama : Azzahra Fauziah Kelas : C6 Manajemen NPM : 10120165 Tugas Akhir mata kuliah Teknologi Komunikasi  Resume Webinar dengan tema Optimali...