Minggu, 17 Januari 2021

KONSEP KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Kecerdasan emosi adalah sebuah istilah umum, akan tetapi jika dikaji lebih dalam dan dipelajari isinya sebenarnya bukanlah hal baru. Dalam pengajaran Islam sendiri sudah termaktub dalam pendidikan seperti kesadaran diri (QS. Az Zumara: 15), pengendalian diri (QS. Al Hadid: 23), ketekunan, antusiame, motivasi diri (QS. Thaaha: 67-68 ), empati kepada sesama (QS. An Nur: 2), dan kemampuan sosial (QS. Al Hujurat: 13). Inti yang ingin didapatkan adalah bagaimana seseorang itu mengetahui, menguasai, dan mengontrol emosi yang biasanya merujuk kepada perilaku kedewasaan seseorang yang biasanya disebut kecerdasan emosi. Kaitan konsep kecerdasan emosi dan konsep pendidikan islam telah terlihat pada level kaitan kontrol diri dan relasi sosial antar manusia. 

Seorang tokoh psikologi kenamaan Goleman telah memperlihatkan faktor-faktor yang terkait mengapa orang yang ber-IQ tinggi gagal dan orang yang ber-IQ sedang-sedang saja menjadi sukses. Faktor-faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas. Goleman bahkan berani mengatakan bahwa IQ menyumbangkan kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (Daniel Goleman, 2003:44).

Pendidikan Islam merupakan bagian bagian dari sistem kehidupan umat Islam dari sistem kehidupan umat Islam dan mempunyai tujuan yang menjadi bagian dari tujuan hidup manusia menurut Islam (Langgulung, 1995: 5). Misi ini merupakan bagian dari tujuan dari kecerdasan emosional, kolerasi keduanya akan menggasilkan pribadi yang sempurna, ejawantah dari keberhasilan peserta didik dalam mengelola segenap perasaan emosional yang dimilikinya, sehingga menjadi pribadi yang sesuai dengan karakter Islam, balance dalam mengelola kepentingan dunia dan ukhrowi melalui kepekaan sosial yang terbangun dalam kepercayaan yang tumbuh dalam dirinya.

penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan EI yang sama membuat siswa yang lebih bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai teman-temannya diarena bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk kedunia kerja atau ketika sudah berkeluarga. Dengan demikian, pembentukan perilaku itu tidak dimulai dari pembinaan keutuhan jasmani, justru pembentukan perilaku itu dimulai dari ketrampilan-ketrampilan mental, intelektual dan emosional (Wijaya, 1992:161).

1. Konsep Kecerdasan Emosional

Kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi menurut Goleman (2003: 411) adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Pengertian lain dari emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti; kegembiraan, kesedihan, kecintaan, keberanian yang subjektif (Tim Redaksi, 1991:261).

menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdoa (Daniel Goleman, 2003:45). 

Goleman (2003:514) menempatkan kecerdasan emosional dalam lima wilayah, yakni: 1) kesadaran diri, sebagai tolok ukur yang realistis atau kemampuan diri dan kepercayaan diri, 2) pengendalian diri, bertugas menangani emosi sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, 3) motivasi, sebagai hasrat untuk menggerakkan pada sasaran sekaligus menginisiasi inisiatif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi, 4) empati bertugas untuk merasakan yang dirasakan orang lain, 5) ketrampilan social, untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat dalam membaca situasi dengan jaringan social sehingga mampu untuk bekerjasama dalam sebuah tim.

Cooper, Sawaf (2002: xli) merumuskan kecerdasan emosional dengan; 1) kecerdasan emosi (emotional literary), untuk membangun kepiawaian dan rasa percaya diri melalui kejujuran emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi. 2) kebugaran emosi (emotional fitness), untuk mempertegas kesejatian, sifat dapat dipercaya, keuletan, kemampuan untuk mendengarkan, mengelola konflik, dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang konstruktif. 3) kedalaman emosi (Emotional depth), untuk mengeksplorasi hidup dan kerja dengan melalui potensi dan bakat ketulusan, kesetiaan pada janji, rasa tanggung jawab, 4) Alkemi emosi (emotional alchemy), untuk memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengatasi masalah-masalah dan tekanan-tekanan yang ada dalam diri manusia.

Sten dan Howard dalam Ginanjar (2003:51), mengindikasikan kecerdasan emosional dengan; jujur kepada semua orang, menerapkan disiplin, bergaul baik dengan orang lain, memiliki suami istri yang mendukung, bekerja lebih giat daripada kebanyakan orang. Sedangkan Revven dalam Sten dan Howard (2004: 39-41) merangkum kecerdasan emosional dengan membagi EQ dalam lima area: 1) ranah intra pribadi, terkait dengan kemampuan mengenal dan mengendalikan diri sendiri. 2) ranah antar pribadi, berkaitan dengan keterampilan bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. 3) ranah penyesuaian iri, berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis dalam memecahkan masalah yang muncul. 4) ranah pengendalian stress, sebagai kemampuan untuk tahan menghadapi stress dan mengendalikan impuls. 5) ranah suasana hati optimism, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit.

2. Peran Emotional Intelegence (EI) Terhadap Emotional Quesion (EQ)

Goleman (2003: 61) menyatakan bahwa, EI tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk melanjutkan apa yang sudah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan, sedangkan EQ melahirkan sifat-sifat yang membuat diri seseorang menjadi lebih manusiawi (Daniel Goleman, 2003:61). Dengan demikian kemampuan intelektual yang cukup dan dilengkapi dengan karakter, temperamen dan sikap yang matang akan membentuk kehidupan profesional dan personal yang menyenangkan. 

• Pendidikan Islam dan Kecerdasan Emosional

Nahlawi dalam Langgulung (1981: 61) menyimpulkan empat tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu; 1) Pendidikan akal dan persiapan fikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada Allah, 2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada kanak-kanak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak asing dan tabi‟at asal manusia bahkan ini adalah fitrah yang manusia diciptakan sesuai dengannya, tidak ada kesukaran yang luar biasa, 3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan. 4) berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.

Kecerdasan emosional berperan dalam membesarkan dan mendidik peserta didik, hingga penyandaran akan arti penting konsep ini baik di lapangan kerja maupun diseluruh sektor kehidupan baik dalam keluarga, sekolah maupun kehidupan bermasyarakat yang menuntun manusia untuk saling berhubungan. tentunya pendidikan Islam disini mempunyai kepentingan secara kolektif bagaimana mengupayakan agar manusia dapat mewujudkan penanaman nilai-nilai ketaqwaan dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi luhur menuju ajaran Islam. Konsep kecerdasan emosional ini yang turut akan membicarakan akan arti penting penguasaan diri dan bagaimana sikap dan reaksi dalam berinteraksi dengan lingkungannya sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang mengupayakan perwujudan manusia yang kaffah.

• Implikasi Konsep Kecerdasan Emosional Dalam Pendidikan Islam

Implikasi yang ditimbulkan dari kecerdasan emosional dalam pendidikan Islam untuk mempengaruhi penyesuaian pribadi dengan sosial seseorang, dengan bentuk tuntutan adanya kemampuanpenyesuaian diri peserta didik agar menjadi lebih dewasa dalam menyikapi perkembangan dirinya dan lingkungan yang dimilikinya. 

Kecerdasan emosional memberi dampak yang tidak sedikit pada dunia pendidikan terutama dalam konteks pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki tujuan pokok untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, dimana penekanannya adalah pada agama Islam itu sendiri jelas, bahwa keterlibatan kajian agama sangat mungkin terkait dengan kajian kecerdasan emosional. Bahkan, pendidikan Islam memperhatikan penataan individual dan sosial yang diharapkan dapat membawa manusia pada pengaplikasian Islam secara komprehensif. Seseorang muslim dituntut untuk dapat menguasai emosinya (cerdas dalam emosi) karena emosi merupakan suatu bentuk komunikasi yang merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Bagi pandangan seseorang lebih-lebih pada seorang anak akan dapat mewarnai corak kehidupannya. Rekasi emosional apabila diulang-ulang akan menjadi kebiasaan seseorang, dan keberhasilan pendidikan Islam dilihat dari hasil dari reaksi dan perkembangan emosi anak didik, agar terarah pada hal yang positif dan lebih mengarah pada tujaun pendidikan Islam itu sendiri, maka akan memberikan kontribusi pada tingkat keberhasilan pendidikan Islam.

• Ukuran Keberhasilan Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Islam

Sehubungan dengan perspektif pendidikan Islam pada kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

- Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Dasar Pendidikan Islam

Kajian-kajian yang ditawarkan dalam kecerdasan emosional lebih cenderung membahas mengenai bagaimana kesadaran diri ditekankan, sehingga nantinya dapat mengetahui apa yan gdirasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri. Lebih lanjut, melangkah kepada pengaturandiri agar dapat menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Dari adanya kesadaran diri dan pengaturan diri ini akan menumbuhkan motivasi sehingga dapat menggunakan hasrat yang paling dalam untukmenggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membant mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

- Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Obyek Pendidikan Islam

       Kesadaran emosional yang turut menekankan pada kesadaran akan keberadaan diri serta hidup berperilaku dalam lingkungannya, hal ini sangat sepadan dengan sasaran pendidikan islam yang teridentifikasi dari sumber ajaran Al-Quran. Sebagaimana upaya terhadap penyadara manusia secara individu pada posisi danfungsinya terhadap makhluk lain, serta tanggung jawab dalam hidupnya. Sisi yang kurang dibahas dari konsep kecerdasan emosional yang banyak ditawarkan oleh psikolog barat apabila dilihat dalam kacamata pendidikan Islam, adalah penekanan yang terfokus pada dimensi horizontal kehidupan manusia. Sehingga penanganan diri pada aspek kesadaran fungsi manusia terhadap pencipta alam dan mendorong untuk beribadah kepada-Nya kurang dan bahkan tidak dibahas dan dikaitkan. Bagaimanapun juga bahwa konsep kecerdasan emosional apabila dilihat dari obyek pendidikan Islam tetaplah sangat mendukung konsep pendidikan Islam pada tataran pendekatan-pendekatan yang mengarah pada tugas dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.

- Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Tujuan Pendidikan Islam

Konsep kecerdasan emosioanl dankonsep pendidikan Islam memang selama ini memiliki garis yang bersinggungan dan saling menunjang antar konsep yang satu dengan yang lainnya. Sumbangan pemikiran para psikolog barat atas tercetsunya konsep kecerdasan emosional lebih banyak mendukung terhadap jalannya proses pendidikan Islam, meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa konsep kecerdasan emosional memiliki beberapa kekurangan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan nilai ketaqwaan terhadap Tuhannya. Jadi jelas, pendekatan kajian emosi yang diramu dalam konsep ajaran Islam turut menopang keberhasilan dalam pendidikan Islam. Sebagaimana ajaran Islam tentang orang tua yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak agar nantinya dapat berilmu dan beriman.


Ini adalah resume tugas pada mata kuliah kecerdasan emosional .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESUME WEBINAR TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Nama : Azzahra Fauziah Kelas : C6 Manajemen NPM : 10120165 Tugas Akhir mata kuliah Teknologi Komunikasi  Resume Webinar dengan tema Optimali...